BAB I
PENDAHULUAN

C. Latar Belakang Masalah
Tauhid berasal dari bahasa Arab yaitu Tawhid yang berarti meng-Esa-kan. Tauhid adalah meyakini adanya Allah SWT dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat syahadat ‘la ilaaha illallah “ (Tidak ada Tuhan selain Allah). Kata tauhid adalah bentuk masdar dari kata kerja lampau wahhada yang merupakan derivasi (asal-usul kata) dari akar kata wahdah yang berarti ke-Esa-an, kesatuan, dan persatuan.[25]
Pokok-pokok tauhid setidaknya ada tiga hal yaitu ; ma’rifat al mabda’, ma’rifat al watsitah, dan ma’rifat al ma’ad.[26]
Ma’rifat al mabda’ adalah mempercayai dengan sepenuh hati tetntang pencipta alam, Allah Yang Maha Esa. Hal ini sering diartikan dengan wujud yang sempurna (wujud mutlak) atau wajib al maujud. Alam adalah makhluk Allah yaitu segala sesuatu selain Allah.[27]
Ma’rifat al watsitah adalah mempercayai dengan sepenuh hati dan keyakinan tentang para utusan Allah SWT yang menjadi ututsan dan perantara Allah SWT dengan umat manusia, tentang kitab-kitab-nya, dan tentan malaikat-nya.
Ma’rifat al ma’ad adalah mempercayai dengan penuh keyakinan akan adanya kehidupan abadi setelah mati di alam akhirat dengan segala hal ikhwalnya.
Yang paling pokok dalam tauhid adalah mengenal Allah SWT dengan segala sifat yang menyertai-Nya atau disebut ma’rifatullah. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :
“ barang siapa diantara kalian yang paling mengenal Allah , maka dia yang paling takut kepada-Nya, dan aku bahkan lebih takut kepada-Nya”.
Artinya pada saat orang mengetahui bahwa Allah Maha Pencipta, Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha Berkehendak dan sebagainya, maka apalah artinya sepotong jiwa manusia di hadapan Allah SWT. Apa yang dapat dibanggakan di hadapan Allah dari diri manusia ini. Mengenal Allah dengan sebenarnya merupakan pilar penyangga segenap bangunan Islam. Karena mengenal Allah adalah essensi dari Islam itu sendiri.[28] Oleh karena itu maka tidaklah berlebihan jika tauhid itu dikenalkan sejak diri kepada anak-anak kita demi membangun pondasi keimanannya yang kuat pada diri mereka.
D. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas maka pembahasan makalah ini diarahkan kepada menjawab permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap anak ?
2. Apa Pengertian Tauhid dan Akidah ?
2. Bagaimana Menanamkan Tauhid kepada anak sejak dini ?

BAB II
PEMBAHASAN

C. Anak dalam Pandangan Islam
1. Anak sebagai Ujian
Anak sebagai ujian bagi para orang tua ini mengandung maksud bahwa apakah kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga akan membuat orang tua menjadi lebih bertaqwa kepada Allah, atau sebaliknya justru kehadiran anak membuat kecintaan orang tua kepada anak menjadikan orang tua lupa kepada Allah atau setidaknya berkurang. Padahal Allah telah berfirman dengan jelas bahwa diciptakan jin dan manusia itu adalah untuk mengabdi kepada Allah. Sehingga jika kehadiran anak bagi orang tua justru membuatnya lupa kepada Allah maka itulah orang tua yang tidak lulus dalam ujian ini. Allah befirman :
وَاعْلَمُواْ أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّهَ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمٌ ﴿٢٨﴾
Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar. (QS. Al Anfaal : 28)[29]


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi Allah-lah pahala yang besar ( QS.At -Taghaabun : 15)[30]
Dapat dipahami bahwa orang tua akan mendapatkan pahala yang besar apabila kehadiran anak dalam hidup seseorang membuatnya lebih taat kepada-Nya. Dan sebaliknya kecintaan kepada anak sampai-sampai membuat orang tua lupa kepada Allah maka tiadalah azab yang pedih melebihi azab Allah SWT.

2. Anak sebagai Amanah dan Anugerah
Anak merupakan amanah sekaligus anugrah bagi kedua orang tuanya. Islam telah menuntunkan kepada setiap orang tua untuk bertanggung jawab atas amanah tersebut. Orang tua yang shaleh dan shalehah merupakan madrasah terbaik yang dapat mempersiapkan generasi yang shalih, tokoh-tokoh masa depan yang tangguh, lurus aqidahnya, serta mulia akhlaknya. Berusaha memberikan pendidikan terbaik sejak dini bagi anak-anaknya adalah suatu kewajiban bagi kedua orang tua. Lantas, dari mana kita harus memulainya, dan bagaimana caranya ?
Sebagai orang tua hendaknya mengetahui betapa besarnya tanggung jawab mereka di hadapan Allah SWT terhadap pendidikan putra-putrinya terutama dalam hal keimanan.
Tentang perkara ini, Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu”. (At-Tahrim: 6)[31]

Dan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda,
كُلُّكُمْ رَاعٍ وكلكم َمَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِه
“Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban”
Dalam sabdanya yang lain Rasulullah mengatakan :
"Orang yang mendidik anaknya itu lebih baik dari pada ia bersedekah dengan satu gantang". Sabdanya pula: "Tidak ada pemberian seorang ayah terhadap anaknya yang lebih utama dari pada pendidikan moral yang lebih baik". (HR. Tirmidzi).
Orang tua adalah yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan keagamaan anak-anak mereka. Termasuklah bertanggung jawab terhadap masalah ketauhidannya. Apabila anak menjadi orang yang tidak taat dan patuh terhadap syari'at Allah maka orang tua akan menanggung dosa dari perbuatan anaknya akibat tidak mejaga amanah Allah SWT. Hal ini terjadi apabila orang tua memang tidak pernah mengajarkan (menanamkan) bagaimana cara-cata taat dan patuh terhadap syari'at Allah SWT.
Lain halnya jika orang tua sudah berusaha mengajarkan tentang keimanan dan semua yang berhubungan dengan cara berbakti kepada Allah namun anak tidak juga mau melaksanakan syari'at Allah maka orang tua dalam hal ini tidak bersalah dan kita ingat bahwa hidayah adalah hak Allah untuk memberikan atau tidak kepada hamba-hamba-Nya termasuk terhadap anak-anak orang Islam. Kita ingat bagaimana kisah Nabi Nuh, betapapun ia seorang nabi tapi anaknya Kan'an tidak juga beriman kepada Allah. Juga bagaimana Rasulullah Muhammad SAW yang bersedih pada saat beliau tidak berhasil membuat pamannya Abu Tholib yang sampai meniggalnya belum bertauhid kepada Allah. Jika orang tua sudah secara maksimal berusaha menanamkan tauhid kepada putra-putrinya maka inilah yang dimaksud menjaga mereka (putra-putrinya) dari siksa api neraka.
Mengingat bahwa hidayah hanyalah hak Allah, maka tugas orang tua hubungannya dengan pendidikan atau penanaman tauhid atau keimanan adalah tetap berusaha semaksimal mungkin dengan metode-metode yang dianggap dapat mempermudah proses pendidikan itu. Dalam hal ini juga termasuk meminta bantuan (menyekolahkan anak-anaknya) pada guru, tokoh agama, ulama atau orang-orang yang memiliki kemampuan di bidang keagamaan, apabila orang tua tidak memiliki kemampuan yang cukup dalam hal keagamaan.
Sebagaimana kewajiban dalam bidang jasmani memberi makan, minum, dan pakaian kepada anaknya, setiap orang tua wajib memperhatikan dan menyuburkan hati mereka dengan ilmu dan iman serta memakaikan pakaian taqwa pada ruhaninya. Sambil jangan lupa bermohon kepada Allah agar Allah memberikan hidayah-Nya kepada kita dan anak kita.


وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَاماً ﴿٧٤﴾
Dan orang-orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa (QS. Al Furqan : 74)

رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاَةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاء ﴿٤٠﴾
"Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah do`aku. (QS. Ibrahim : 40)[32]

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء ﴿٣٨﴾

"Di sanalah Zakaria mendo`a kepada Tuhannya seraya berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar do`a". (QS. Ali Imran : 38)[33]
Anak adalah amanat bagi orang tuanya. Mereka bertanggung jawab atas pendidikan, agama, dan akhlak anak-anaknya. Anak-anak yang baik akan menjadi permata hati bagi mereka di dunia dan akhirat. Firman Allah SWT:
"Dan orang-orang yang beriman, dan anak cucunya yang ikut beriman, kami gabungkan anak cucu itu dengan mereka, dan kami tiada mengurangi sedikit pun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya" (QS. Ath Thuur [52]:21).
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرّاً ثُمَّ يَكُونُ حُطَاماً وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿٢٠﴾
"Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS.Al Hadid : 20)

D. Antara Akidah dan Tauhid
1. Akidah
a. Pengertian akidah
Akidah berakar dari kata 'aqada ya'qidu yang berarti mengikatkan atau menyimpulkan dan mengadakan perjanjian. Atau juga dapat diartikan dengan mempercayai, meyakini (keyakinan). Istilah aqidah semakna dengan I'tikad atau dalam bahasa inggris disebut dengan dogma.[34]
Aqidah Islamiyah selalu berhubungan dengan persoalan utama tentang keimanan sebagaimana tercantum dalam rukun Iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Rasul-rasul-Nya, kitab-kitab-Nya, hari akhir serta qada qadar.[35] Islam dibangun dengan tiga perkara yaitu ; akidah, syari;at dan akhlak. Aspek akidah merupakan aspek yang sangat fundamental (mendasar) dalam Islam dan berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan keyakinan (keimanan) dan kepercayaan terhadap hal-hal yang ghaib.[36]
Jika demikian, maka akidah adalah keimanan atau keyakinan yang harus dimiliki oleh setiap yang mengaku dirinya muslim. Iman dan yakin terhadap yang ghaib yaitu; iman kepada Allah, Rasul, Malaikat, Kitab-kitab, hari qiyamat serta qada dan qadar. Atau yang lazim disebut dengan rukun iman.
b. Manfaat menanamkan aqidah pada anak
Setidaknya ada 7 manfaat yang dapat dipetik dari upaya menanamkan akidah pada anak sejak dini yaitu ; [37]
8) Memperkokoh keyakinan akan ke-Esaan Allah pada anak
9) Meyakini ke-Esa-an Allah dalam dzat, sifat-sifat dan perbuatan-Nya.
10) Agar anak merasakan ketenangan dan keseimbangan diri.
11) Anak akan bangga karena telah menganut agama yang agung ini, merasa berarti dan mulia dalam hidup ini sebagai manusia.
12) Membentuk kepribadian dan prilaku-prilaku Islami.
13) Menciptakan pemahaman yang benar dan rasional.
14) Menghindari dari hal –hal yang brsifat bid'ah dan khurafat yang dapat menghancurkan akidah dalam diri anak.

2. Tauhid
Tauhid berasal dari bahasa Arab yaitu Tawhid yang berarti meng-Esa-kan. Tauhid adalah meyakini bahwa Allah SWT itu esa adanya dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Kesaksian ini dirumuskan dalam kalimat Syahadat ‘La ilaaha illallah “ (Tidak ada Tuhan selain Allah). Kata tauhid adalah bentuk masdar dari kata kerja lampau wahhada yang merupakan derivasi (asal-usul kata) dari akar kata wahdah yang berarti ke-Esa-an, kesatuan, dan persatuan.[38]
Pokok-pokok tauhid setidaknya ada tiga hal yaitu ; ma’rifat al mabda’, ma’rifat al watsitah, dan ma’rifat al ma’ad. Ma’rifat al mabda’ adalah mempercayai dengan sepenuh hati tetntang pencipta alam, Allah Yang Maha Esa. Hal ini sering diartikan dengan wujud yang sempurna (wujud mutlak) atau wajib al maujud. Alam adalah makhluk Allah yaitu segala sesuatu selain Allah.[39] Ma’rifat al watsitah adalah mempercayai dengan sepenuh hati dan keyakinan tentang para utusan Allah SWT yang menjadi utusan dan perantara Allah SWT dengan umat manusia, tentang kitab-kitab-Nya, dan tentang Malaikat-Nya. Ma’rifat al ma’ad adalah mempercayai dengan penuh keyakinan akan adanya kehidupan abadi setelah mati di alam akhirat dengan segala hal ikhwalnya.
Yang paling pokok dalam tauhid adalah mengenal Allah SWT dengan segala sifat (atribut) yang menyertainya atau disebut ma’rifatullah. Nabi Muhammad SAW bersabda yang artinya :
“ barang siapa diantara kalian yang paling mengenal Allah , maka dia yang paling takut kepada-Nya, dan aku bahkan lebih takut kepada-Nya”.
Artinya pada saat orang mengetahui bahwa Allah Maha Pencipta, Maha Kuasa atas segala sesuatu, Maha Berkehendak dan sebagai, maka apalah artinya sepotong jiwa manusia dihadapan Allah, apa yang dapat dibanggakan di hadapan Allah dari diri manusia ini. Mengenal Allah dengan sebenarnya merupakan pilar penyangga segen bangunan Islam. Karena mengenal Allah adalah essensi dari Islam itu sendiri.[40] Oleh karena itu maka tidaklah berlebihan jika tauhid itu dikenalkan sejak diri kepada anak-anak kita demi membangun pondasi keimanannya yang kuat.
Dapat disimpulkan bahwa antara akidah dan tauhid adalah dua hal yang tidak mungkin dapat dipisahkan, mengingat akidah adalah pondasi dasar dalam kehidupan beragama Islam yang berisi konsep-konsep keimanan. Sedangakan tauhid adalah hal pertama yang harus diimani atau dimiliki keyakinannya oleh setiap muslim yaitu keyakinan atau keimanan terhadap Allah SWT berikut dzat dan sifat-sifat yang melekat pada-Nya. Keyakinan akan Ke-Esaan Allah adalah orientasi dari penanaman nilai-nilai tauhid kepada anak sejak dini.

C. Pentingnya menanamkan tauhid sejak dini
Tugas manusia adalah sebagai 'abdullah' merupakan realisasi dari mengemban amanah dalam arti ; memelihara kewajiban-kewajiban dari Allah yang harus dilaksanakan dan menjauhi larangan-larangan, memelihara kalimat tauhid atau Laa ilaaha illallah atau ma'rifah kepada Allah.[41]
Oleh karena itu pendidikan tauhid sejak dini pada anak merupakan dasar pendidikan agama Islam yang diharapkan dapat membentuk nilai-nilai pada diri anak setidaknya unsur-unsur agama Islam yaitu ;[42]
1. Keyakinan atau kepecayaan terhadap Ke-Esa-an Allah (adanya Tuhan) atau kekuatan ghaib tempat berlindung dan memohon pertolongan.
2. Melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Mencintai dan melaksanaan perintah Allah serta larangan-Nya, dengan beribadah yang setulus-tulusnya dan meninggalkan segala yang tidak diizinkan-Nya.
4. Meyakini hal-hal yang dianggap suci dan sakral seperti kitab suci, tempat ibadah dan sebagainya

Ada dua hal pokok tauhid yang harus kita ajarkan sejak dini kepada anak-anak muslim yaitu ;
Pertama, tauhid rububiyah. Tauhid dalam konteks ini lebih mengarah pada mengenalkan pemahaman bahwa Allah adalah yang menciptakan semua makhluk dan Allah juga sebagai tempat bergantung memohon pertolongan.
Kedua, tauhid uluhiyah. Tauhid dalam konteks ini adalah meyakini bahwa Allah satu-satunya yang wajib disembah. Kedua pokok tauhid ini harus diajarkan bersamaan agar anak sejak dini telah memiliki kepahaman dan dapat mengerti tanggung jawab dan kewajiban dari tauhid tersebut.
Oleh karena itu jelas sangat urgen menanamkan tauhid pada anak sejam dini. Dan paling tidak ada dua cara yang efektif untuk mengenalkan konsep tauhid kepada anak.
Pertama, kenalkan ciptaan-Nya. Dengan cara ini anak diajak berdialog dan berdiskusi untuk mengenal dan mensyukuri segala ciptaan-Nya. Selain itu, cara ini pun efektif untuk melatih anak memikirkan dan mengambil pelajaran dari segala yang diciptakan-Nya. Hal ini sejalan dengan firman-Nya :
''Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.'' (QS 3: 190).[43]
Dalam ayat lainnya Allah berfirman:
''Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memahami (nya), dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.'' (QS 16: 12-13).[44]

Kedua, dengan pendidikan dan contoh atau tauladan. Pendidikan dalam konteks ini adalah anak diajarkan tentang kewajiban-kewajiban manusia sebagai makhluk untuk melakukan ragam ibadah kepada Allah. Sedangkan contoh adalah orang tua memberikan teladan bagaimana caranya beribadah dan menjelaskan bahwa beribadah itu menyembah atau berbakti kepada Allah. Misalnya, anak sejak dini telah dilatih shalat dan dikenalkan dengan Al-Qur'an serta masih banyak lagi yang lainnya.
Menanamkan Tauhid merupakan manhaj para Nabi. Dengan landasan tauhid inilah Rasulullah SAW berhasil mentarbiyah para sahabatnya, mengentaskan mereka dari kebodohan dan kemusyrikan menjadi generasi terbaik yang menorehkan tinta emas bagi sejarah kejayaan kaum muslimin.
Apabila orang tua berhasil menanamkan tauhid pada setiap dada anak-anaknya, berarti mereka telah mempersiapkan sebuah bangunan dengan fondasi yang kokoh dan kuat bagi kehidupan keagamaan bagi anak-anaknya.
Pentingnya menanamkan tauhid sejak dini tercermin dalam cerita Luqman Al Hakim yang merupakan bentuk pendidikan bagi anak-anaknya. Jamal Abdul Rahman menguraikan pesan Luqman Al Hakim dalam Al Qur'an itu sebagai berikut ;[45]
1) Jangan mempersekutukan Allah, karena mempersekutukan Allah adalah kezaliman yang besar ;
2) Allah akan memberi balasan terhadap semua amal perbuatan manusia walaupun seberat biji zarrah, karma Allah maha halus dan Maha Mengetahui.
3) Mengerjakan sholat, menganjurkan berbuat baik dan mencegah perbuatan mungkar serta bersabar, karena hal itu adalah yang diwajibkan oleh Allah.
4) Jangan sombong dan angkuh di muka bumi ini, karena Allah tidak suka orang yang somong lagi membaggakan diri.
5) Sederhanakan dalam berjalan dan pelan atau lunak dalam berbicara.
Begitu pula dalam hadits-hadits Rasulullah SAW, kita temui banyak juga bentuk-bentuk pendidikan terhadap anak yang dicontohkan oleh beliau
Untuk itu orang tua harus tahu apa dan bagaimana metode dalam menanamkan tauhid kepada anak sejak dini sebagimana yang telah dituntunkan oleh junjungan umat ini, Rasulullah Muhammad SAW.:
6. Menjelaskan makna La Ilaha Illallah. Orang tua harus menjelaskan hakikat tiada tuhan selain Allah. Yaitu bahwa Allah adalah Tuhan dan tidak ada Tuhan lain di alam ini selain-Nya. Dialah yang menciptakan, meguasai dan mengatur hidup dan matinya alam ini. Allah SWT berfirman:

قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ ﴿١﴾ اللَّهُ الصَّمَدُ ﴿٢﴾ لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ ﴿٣﴾ وَلَمْ يَكُن لَّهُ كُفُواً أَحَدٌ ﴿٤﴾
"Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia". (QS. Al Ikhlash : 1-4)[46]

Kalimat La Ilaha Illallah adalah kalimat tauhid yang mencakup keseluruhan dari agama yang telah dibawa oleh para Rasulsesuai dengan wahyu yang diterima mereka dari Allah. Kalimat yang paling agung yang menunjukkan kemandirian Allah dalam ke-Esaan-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Al An'am 19 : " Tuhan yang maha Esa dan sesungguhnya Aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". Juga dalam QS.Al An'am 106 " Ikutilah apa yang telah diwahyukan kepadamu dari Tuhanmu. Tidak ada Tuhan selain dia "[47] dan masih banyak lagi ayat serupa.
Allah adalah satu-satunya zat yang berhak disembah. Hak itu tidak dimiliki selain dari Allah. Tidak pada matahari, bulan bintang, pohon, batu api dan sebagainya. Allah sebagai satu-satunya dzat yang Maha Hidup yang selalu mengawasi dengan kekuasaan-Nya tanpa disertai rasa kantuk dan tidur. Atas izin-Nyalah semua yang terjadi di alam ini.
لااله الا الله itulah kalimat tauhid yang artinya adalah "Tiada Tuhan Selain Allah". Kalimat itulah yang akan kita tanamkan essensinya kepada anak-anak sejak dini. Agar kelak anak-anak kita dapat mengemban amanah dan tujuan hidup ini yaitu mengabdi (beribadah) kepada Allah. Sebagaimana firman Allah yang artinya;
"Tidaklah Aku Ciptakan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku"
Dalam hal ini Rasulullah SAW pernah bersabda,
''Jadikanlah kata-kata pertama yang diucapkan seorang anak adalah kalimat لااله الا الله (tiada Tuhan selain Allah), dan bacakanlah pada mereka ketika menjelang mati kalimat لااله الا الله (tiada Tuhan selain Allah).'' (HR Hakim dari Ibn Abbas).
Hadits di atas merupakan perintah kepada kita untuk mengenalkan dan menanamkan konsep tauhid, لااله الا الله sejak dini kepada anak-anak kita. Hadis di atas pun merupakan isyarat bahwa tauhid dan akidah yang benar merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam kehidupan seorang manusia hingga menjelang kematiannya.
Tuhan yang diperkenalkan Al-Qur'an (yaitu Allah SWT) tidak dalam sesuatu yang bersifat materi, karena jika demikian pastilah Allah berbentuk, bila Allah berbentuk pastilah terbatas dan membutuhkan tempat. Sedangkan Allah itu tidak berbentuk sesuatu dan tidak pula terbatas. Akan tetapi agar manusia menjadi tentram hatinya dan dapat memahami-Nya serta meyakini wujud-Nya maka Al-Qur'an mengenalkan Allah dengan sifat-sifat-Nya yang dapat dijangkau oleh akal manusia.[48] Karena itulah maka dari Al-Qur'an didapatkan nama-nama Allah yang bermaksud memperkenalkan sifat-sifat-Nya yang terkenal dengan asma al husna.
7. Menjelaskan makna latusyriku bihi syai'an. Yaitu bahwa tidak satupun boleh disekutukan terhadap Allah, karena barang siapa yang menyekutukan Allah maka ia akan mendapatkan dosa besar karena ia adalah dosa syirik. Sebagaimana firman Allah :

إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan mengampuni yang lebih ringan daripada itu bagi orang-orang yang Allah kehendaki” (An- Nisa: 48)
Oleh karena itu, di dalam Al-Qur'an pula Allah kisahkan nasihat Luqman kepada anaknya. Salah satunya berbunyi,

يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

“Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezhaliman yang besar”.(Luqman: 13)
8. Mengenalkan sifat-sifat Allah dan nama-nama Allah (asmaul husna) agar timbul kecintaan dan kebanggaan anak terhadap Allah atas segala sifat keagungan dan kemuliaan Allah yag mulai mereka kenal.
Rasulullah SAW sendiri telah memberikan contoh penanaman aqidah yang kokoh ini ketika beliau mengajari anak paman beliau, Abdullah bin Abbas ra. dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidzi dengan sanad yang hasan. Ibnu Abbas bercerita;
“Pada suatu hari aku pernah berboncengan di belakang Nabi (di atas kendaraan), beliau berkata kepadaku: “Wahai anak, aku akan mengajari engkau beberapa kalimat: Jagalah Allah, niscaya Allah akan menjagamu. Jagalah Allah, niscaya engkau akan dapati Allah di hadapanmu. Jika engkau memohon, mohonlah kepada Allah. Jika engkau meminta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk memberikan satu pemberian yang bermanfaat kepadamu, tidak akan bermanfaat hal itu bagimu, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan bermanfaat bagimu). Ketahuilah. kalaupun seluruh umat (jin dan manusia) berkumpul untuk mencelakakan kamu, tidak akan mampu mencelakakanmu sedikitpun, kecuali jika itu telah ditetapkan Allah (akan sampai dan mencelakakanmu). Pena telah diangkat, dan telah kering lembaran-lembaran”.

Perkara-perkara yang diajarkan oleh Rasulllah SAW kepada Ibnu Abbas di atas adalah perkara tauhid. Termasuk aqidah yang perlu ditanamkan kepada anak sejak dini adalah tentang dimana Allah berada. Ini sangat penting, karena banyak kaum muslimin yang salah dalam perkara ini. Sebagian mengatakan bahwa Allah ada dimana-mana. Sebagian lagi mengatakan bahwa Allah ada di hati kita, dan beragam pendapat lainnya. Padahal dalil-dalil menunjukkan bahwa Allah itu berada di atas arsy, yaitu di atas langit. Dalilnya antara lain,
“Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy” (Thaha: 5) Makna istiwa' adalah tinggi dan meninggi sebagaimana di dalam riwayat Al-Bukhari dari tabi’in.
Adapun dari hadits, Rasulullah SAW bertanya kepada seorang budak wanita, “Dimana Allah?”. Budak tersebut menjawab, “Allah di langit”. Beliau bertanya pula, “Siapa aku?” budak itu menjawab, “Engkau Rasulullah”. Rasulllah kemudian bersabda, “Bebaskan dia, karena sesungguhnya dia adalah wanita mu’minah”. (HR. Muslim dan Abu Daud)
9. Mengajari Anak untuk Melaksanakan Ibadah
Hendaknya sejak kecil putra-putri kita diajarkan bagaimana beribadah dengan benar sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Mulai dari tatacara bersuci, shalat, puasa serta beragam ibadah lainnya. Aqidah dianggap sebagai landasan utama syariat Islam karena aqidahlah yang akan membentuk sikap mental setiap individu muslim.
Membiasakan anak mengerjakan berbagai macam ibadah, seperti shalat, puasa, shalat berjamaah di masjid, menghapalkan Qur'an dan hadits, serta berhijab (bagi anak putri) Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
"Suruhlah anak kalian mengerjakan shalat, sedang mereka berumur tujuh tahun, dan pukullah mereka karena shalat ini sedang mereka berumur sepuluh tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka." (HR. Abu Dawud dan Hakim)

10. Mengajarkan akhlak yang mulia. Yaitu dengan mengajarkan sunnah Rasulullah SAW mengenai bagaimana Rasul makan, minum, ke belakang, bergaul dengan sesama, tidur, berbicara dan sifat-sifat Rasul yaitu Siddiq Amanah, Tabligh dan Fathonah serta masih banyak lagi akhlak Rasulullah lainnya.

BAB IV
PENUTUP

C. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapatlah diambil suatu kesimpulan tentang menanamkan tauhid kepada Anak sejak dini bahwa :
1. Anak adalah rizki, amanah, anugrah sekaligus ujian atau cobaan dari Allah SWT.
2. Bahwa antara aqidah dan tauhid adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya..
3. Yang paling pokok dalam menanamkan tauhid pada anak sejak dini adalah memperkenalkan Allah SWT dengan segala sifat (atribut) yang menyertainya kepada anak agar memprcayai dan meyakini adanya Allah SWT. Bahwa tidak ada tuhan selain Allah, tidak boleh menyekutukan Allah dengan apapun, memperkenalkan asmau husna, membiasakan untuk selaluberibadah kepada Allah dan mengajarkan akhlak kepada mereka.
D. Saran
Demikianlah makalah yang sderhana in masih banyak kekurangan di sana sini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini. Syukron jazila.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1996
Al Jibouri, Yasin T., Konsep Tuhan Menurut Islam, Lentera, Jakarta, 2003.
Sulaiman Al Kumayi, Syarah Al Hikam : Cahaya Hati Penenteram Jiwa (Pesan-pesan Spiritual Ibnu Atha'ilillah, Pustaka Nuun, Semarang, 2005.
Asy Syaikh Fuaim Musthafa, Manhaj Pendidikan anak Muslim, Mustaqim, Jakarta, 2004.
At Toumy As Syaibany, Omar Mohammad Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979.
Ballantine Irving, Thomas, dkk., Al-Qu’an Tentang Akidah & Segala Amal Ibadah Kita, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996.
Ensikklopedi Islam, PT. Ichtiar baru VAN HOEVE, Jilid 5 cet. Ke 4, Jakarta, 1997
----------------------, PT. Ichtiar baru VAN HOEVE, Suplemen 1 cet. Ke 4, Jakarta, 1997
Husin Al Munawar, Said Agil, Aktualisasi Nilai-nilai Al Qur’an Dalam Sistem Pendidikan Islam, Ciputat Press, Ciputat, 2005
HM. Arifin, Ilmu pendidikan Islam : Suatu tinjauan Teoritis Dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, Bumi Aksara, Jakarta, 1991.
Ibnul Qayyim, Pesan-pesan Spriritual Ibnu Qayyim (disadur oleh Nabhani Idris), Gema Insani Press, Jakarta, 2001.
Qardawy,Yusuf, Membumikan Syari’at Islam, Dunia Ilmu, Surabaya, 1997.
Abdur Rahman, Jamal, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, Irsyad Baitus Salam, bandung, 2005.
Sulaiman al Asyaqar, Umar, Al- Asma al Husna, Qisthi Press, Jakarta, 2006
Shihab, M. Quraish, Menyingkap Tabir Ilahi : Al Asma al Husna dalam Perspektif al Qur'an, Lentera Hati, Jakarta 2006
--------------------, Kisah dan Hikmah Kehidupan Lentera Hati, Mizan, Bandung, 2007.hlm. 91
Untung, Moh. Slamet, Muhammad Sang Pendidik, Pustaka Rizki Putra, Semarang, 2005.
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang , Jakarta, 1996




MENANAMKAN SIKAP TAUHID
SEJAK DINI PADA ANAK



Makalah
Disampaikan sebagai bahan diskusi Mata Kuliah Tauhid
Program Magister Studi Islam



Dosen Pengampu :
Prof. Dr. HM. Amin Syukur, MA.




















Oleh :
Munirul Ihwan
NIM. O75112049







PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
WALISONGO SEMARANG
2007




[1]Ensikklopedi Islam, PT. Ichtiar baru VAN HOEVE, Jilid 5 cet. Ke 4, Jakarta, 1997 hlm. 90
[2] Ibid
[3]At Toumy As Syaibany, Omar Mohammad Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jkarta, 1979, hlm. 58
[4] Al Jibouri, yasin T.,Konsep Tuhan Menurut Islam, Lentera, Jakarta, 2003,hl 33-34

[5]Al-Qur'an dan Terjemahanya, Departemen Agama RI, Toha Putra, Semarang , 1989.
[6]Ibid
[7]Ibid
[8]Al Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Toha Putra, Semarang, 1989
[9]Ibid
[10] Suplemen Ensiklopedi Islam 1, PT. ICHTIAR BARU Van Hoeve cet. Ke 9, Jakarta, 2003.hlm. 24-25
[11] Slamet Untung, Muhammad sang Pendidik : PengantarAbdurahman Mas'ud, Pustaka Rizki, Semarang, 2002, hlm. 96
[12]Ibid.
[13]Asy Syaikh Fuaim Musthafa, Manhaj Pendidikana Anak Muslim, Mustaqiim, Jakarta, 2004. hlm.72-73
[14] Ensikklopedi Islam, PT. Ichtiar baru VAN HOEVE, Jilid 5 cet. Ke 4, Jakarta, 1997 hlm. 90
[15] At Toumy As Syaibany, Omar Mohammad Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 58
[16] Al Jibouri, yasin T, Konsep Tuhan Menurut Islam, Lentera, Jakarta, 2003, hlm, 33-34

[17] Muhaimin, Paradigama Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.hlm. 21
[18] Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Al Qur'an dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat Press, Ciputat, 2005, Hlm. 27-28
[19] Al Qur'an dan Terjemahanya, Op cit.
[20] Ibid
[21]Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, Irsyad Baitus Salam, bandung, 2005, hlm., 339-345
[22] Al-Qur'an dan Terjemahannya, Op. cit.
[23] Umar Sulaiman al Asyaqar, Al Asma al Husna, Qisthi Press, Jakarta 2006, hlm. 25-26
[24]M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi : Al Asma al Husna dalam Perspektif Al Qur'an, Lentera Hati, Jakarta 2006. hlm. Xxiv.
[25]Ensikklopedi Islam, PT. Ichtiar baru VAN HOEVE, Jilid 5 cet. Ke 4, Jakarta, 1997 hlm. 90
[26] Ibid
[27]At Toumy As Syaibany, Omar Mohammad Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jkarta, 1979, hlm. 58
[28] Al Jibouri, yasin T.,Konsep Tuhan Menurut Islam, Lentera, Jakarta, 2003,hl 33-34

[29]Al-Qur'an dan Terjemahanya, Departemen Agama RI, Toha Putra, Semarang , 1989.
[30]Ibid
[31]Ibid
[32]Al Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Toha Putra, Semarang, 1989
[33]Ibid
[34] Suplemen Ensiklopedi Islam 1, PT. ICHTIAR BARU Van Hoeve cet. Ke 9, Jakarta, 2003.hlm. 24-25
[35] Slamet Untung, Muhammad sang Pendidik : PengantarAbdurahman Mas'ud, Pustaka Rizki, Semarang, 2002, hlm. 96
[36]Ibid.
[37]Asy Syaikh Fuaim Musthafa, Manhaj Pendidikana Anak Muslim, Mustaqiim, Jakarta, 2004. hlm.72-73
[38] Ensikklopedi Islam, PT. Ichtiar baru VAN HOEVE, Jilid 5 cet. Ke 4, Jakarta, 1997 hlm. 90
[39] At Toumy As Syaibany, Omar Mohammad Filsafat Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, hlm. 58
[40] Al Jibouri, yasin T, Konsep Tuhan Menurut Islam, Lentera, Jakarta, 2003, hlm, 33-34

[41] Muhaimin, Paradigama Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002.hlm. 21
[42] Said Agil Husin Al Munawar, Aktualisasi Nilai-nilai Al Qur'an dalam Sistem Pendidikan Islam. Ciputat Press, Ciputat, 2005, Hlm. 27-28
[43] Al Qur'an dan Terjemahanya, Op cit.
[44] Ibid
[45]Jamal Abdul Rahman, Tahapan Mendidik Anak Teladan Rasulullah, Irsyad Baitus Salam, bandung, 2005, hlm., 339-345
[46] Al-Qur'an dan Terjemahannya, Op. cit.
[47] Umar Sulaiman al Asyaqar, Al Asma al Husna, Qisthi Press, Jakarta 2006, hlm. 25-26
[48]M. Quraish Shihab, Menyingkap Tabir Ilahi : Al Asma al Husna dalam Perspektif Al Qur'an, Lentera Hati, Jakarta 2006. hlm. Xxiv.


sumber menanamkan-sikap-tauhid-sejak-dini-pada